1 Jam 45 menit kemudian sampai kami pada pintu keluar pasteur, dan seperti biasa macet lumayan merayap disana, tapi polisi yang memberikan arah untuk keluar lewat jalur alternatif untuk bisa langsung tembus ke jalan Setiabudi, jalan alternatifnya cukup lancar dan seperti yang diduga padat merayap. Baru setelah kami melewati Rumah Soesis baru lancar jaya, baru deh kita geber sampai Ciater, teryata Tangkuban Perahu ada 2 pintu masuk dari hasil tanya2 kami(udah ga tau keberapa ratus kali) pintu ke 2 jalannya lebih mulus, dan teryata emang bener sih jalannya bagus. Tapi menuju sana macetnya minta ampun, untuk mencapai lokasi puncak kami harus menunggu orang yang dari atas turun dulu untuk parkir (kira2 1 jaman), sekedar info aja, diperjalanan naek ada titik2 wisata juga yang relatif lebih sepi, sebaiknya turun aja dulu disana karena pemandangannya cukup bagus dan lumayan untuk rehat sejenak.
Sayangnya cuaca hari itu tidaklah bersahabat, hujan turun tak hentinya. Tapi mengingat udah pegel nempelin kaki di pedal kopling dan gas akhirnya kami pun turun hujan2an, mana di mobil kaga ada payung lagi. Memang di segala hal kita bisa berusaha mengucapkan syukur, karena dengan cuaca yang super dingin, segelas wedang jahe dan sepotong pisang panas yang masih ngebul emang enuak tenan tentu beda sensasinya kalo cuaca tidak turun hujan, bener2 wedang jahenya nampol banget (cukup 5000 aja) pedesnya dashyat euy.
Bau belerang pun cukup menyengat hidung, tapi pemandangan disana sangat bagus sayang sudah tidak bisa lagi turun ke bawah karena sudah

Indahnya negeriku Indonesia.
Wasalam - Connecting Blogger -
No comments:
Post a Comment