Banyak yang mengira dengan "lengser"nya Nurdin Halid akhirnya membuat PSSI akan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Teryata jauh panggan dari api, setelah FIFA memutuskan komite normalisasi untuk mengambil alih tugas sementara dan membuat kongres pemilihan ketua dan komite eksklusif, tak dianya 78 "pemegang hak suara" PSSI seakan menjadi satu2nya penyuara kebenaran, dan dengan seenaknya mengacaukan segalanya.
Teryata betul, Nurdin Halid sebagai ketua umum dan turunnya itu hanyalah fenomena gunung es, jauh dari itu, bobroknya sepakbola indonesia sudahlah sampai ke tingkat akar rumput. Jadi sangatlah naif bila dengan turunnya seorang nurdin maka pesepakbolaan kita akan otomatis menjadi lebih baik. Bukankah dari awal apabila emang pengurus di daerah memang betul mau membenahi sepakbola Indonesia dan menganggap nurdin sebagai biang keroknya, tentu bisa dengan hak suara yang dimilikinya tidak memilih nurdin halid, tapi nyatanya dia bisa terpilih selama 2 periode.
Apa yang terjadi dengan PSSI kurang lebih sama dengan apa yang terjadi dengan Indonesia dan reformasi. Ketika Presiden Soeharto digulingkan dan mereka menganggap semua akan lebih baik dan Indonesia akan maju ke depan. Nyatanya? Permasalahan indonesia sudah jauh melebihi daripada kedudukan seseorang di pucuk pimpinan, tapi kita sebagai bangsa seakan "merestui" semua praktek yang kita "benci" tapi dilakukan juga.
Saya sih cuman pengemar sepak bola indonesia, saya gak mendukung gt kek, ap kek, nh kek. Tapi setidaknya punyalah rasa legowo dan tau diri, secara FIFA sebagai puncak pengambil keputusan dan sudah memutuskan, ya wis legowo, jangan sampai anda2 yang mendukung tanpa akar sehat mendapat cibiran, tuh kan teryata yang lama sejelek2nya jg masih mempunyai sikat legowo setelah keputusan FIFA ada.
Terasa sekali aroma kepentingan dengan memaksakan orang2 itu2 dalam pemilihan ketua PSSI. Apakah benar kita cuman punya orang2 itu aja? Apa benar Indonesia udah habis pemimpin yang mampu memimpin sebuah organisasi bernama PSSI? Saya yakin pemimpin banyak, tapi yang mempunyai ketulusan dan keteguhan hati untuk serius membenahi PSSI, mungkin ada. Tapi entahlah melihat jalannya reformasi dan kelakuan politisi dan pemimpin kita, saya hanya ingin mencoba untuk realitis saja, mungkin orang seperti itu tidak pernah ada di tengah "sakit"nya masyarakat kita.
Wasalam - Connecting Blogger -
No comments:
Post a Comment