Setelah 4 kali berhasil menembus babak final piala AFF yang dulu lebih dikenal dengan piala tiger, Indonesia kembali gagal untuk mengangkat trophy untuk kesekian kali, setelah di leg 1 di malaysia indonesia kalah telak 3-0 oleh pasukan muda malaysia yang rata2 masih berumur 23 tahun 6 bulan. Sempat bermain imbang sampai menit ke 60an, sampe akhirnya ada insiden yang membuyarkan konsentrasi para pemain dengan laser dan petasan2.
Eforia, ekspoitasi media dan politisasi oknum PSSI kepada timnasnya sendiri sungguh mengelikan. Dari menghadiri acara2 yang tak penting, sampe pemasangan spanduk bernuansa kampanye di stadion bukit jalil, malaysia...di malaysia bisa dibayangkan. Disana ada spanduk pak sby, pak hatta, pak nurdin, sampe akhirnya hatta rajasa mengeluarkan permintaan maaf, karena spanduk bukan atas instruksinya. Sulit rasanya untuk tidak mengatakan tidak ada politisasi kepada timnas, paling tidak ada orang yang ingin mendompleng "kesuksesan" tim garuda kita.
Diawali di fase group yang sangat meyakinkan dan sampai semifinal, Indonesia selalu memenangkan pertandingan membuat pemain lupa seakaan lupa diri apalagi yang dihadapi adalah malaysia yang pernah dibantai di babak penyisihan 5-1. Suatu pelajaran berharga bahwa cepat puas diri adalah musuh yang paling berbahaya bagi diri kita (apapun yang kita kerjakan) karena kita akan menganggap remeh dan tidak mau berusaha maksimal semampu yang kita bisa.
Selamat buat malaysia, untuk kemenangan pertamanya di turnamen ini, apalagi tim yang sama juga menjuarai sea games sebelumnya. Patutlah kita coba tengok apa yang telah mereka lakukan dengan pasukan mudanya, mereka berpikir jauh kedepan daripada meraih hasil sesaat yang tak bertahan lama.
Saatnya kita harus berani mengakui ada masalah di PSSI, saatnya PSSI berani merombak diri apalagi menjelang Munas 2011, bukan saatnya lagi yang menjadi ketua PSSI adalah seorang partisan partai yang menjadikan PSSI sebagai ajang politisasi. Semoga kedepannya terpilih ketua yang bervisi untuk memajukan pesepakbolaan indonesia.
Jaga eforia masyarakat yang memiliki rasa persamaan dengan timnas, walau dalam kehidupan sehari2 mereka sulit tapi mereka rela mengorbankan segalanya untuk mendukung timnas Indonesia. Sesuatu yang tidak terduga sebelumnya, tapi apabila kita telaah lebih seksama, adalah ASA atau Harapan di Timnas serasa mewakili mereka yang sering kali temarginalkan.
Salut buat perjuangan Garudaku.....tegakan kepalamu, kalian sudah berusaha semampu yang kalian bisa perbuat, perjuangan tidak berhenti disini masih ada kesempatan bagi kalian untuk menunjukan, mengibarkan, dan mengumandangkan Indonesia Raya.
Wasalam - Connecting Blogger -
No comments:
Post a Comment