Alkisah ada seorang yang ingin menemukan rahasia semesta dan arti hidup yang sesungguhnya. Lalu ia mengadakan perjalanan jauh dan mencari seseorang yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menganggu di benaknya. Akhirnya ia menemukan seorang bijak yang telah tersohor ke seluruh negeri. Sang guru mempersilakannya duduk di atas tikar di lantai, dan lalu menjerang air untuk membuat teh. Dan orang itu menanti teh itu siap disajikan.
Cukup lama waktu yang diperlukan untuk memanaskan teh tersebut,ia pun spontan menjadi tidak sabar, ingin agar segala basa-basi itu segera berakhir, mengajukan pertanyaan, dan memperoleh jawaban atas makna sejati semesta. Ia tidak mengingkan teh itu, yang ada di pikirannya adalah bagaimana mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang selalu menghantui pikirannya. Dan seperti biasa, semakin tergesa2 terhadap sesuatu, maka terasa semakin lama air itu mendidihnya.
Tak beberapa lama kemudian teh pun siap disajikan. Sang guru itu menyerahkan secangkir teh padanya dan ia menerimanya dengan tangan gemetar karena saking senangnya. Pikiran dan tubuhnya tidak tenang. Di benaknya, ia menyimpan lebih banyak pertanyaan tambahan yang ingin ia ajukan begitu sang guru menjawab yang pertama. Sang guru menuangkan air teh, sampai ke bibir cangkir. Cangkir itu telah penuh sekali, tapi sang guru itu terus menuang, sehingga dengan segera teh panas itu meluap hingga ke pinggir, ke tangannya yang gemetar. “Apa yang engkau lakukan?” sontaknya sembari menahan kesakitan di tangannya. “Apa yang engkau lakukan?” jawab sang guru. “Layaknya cangkir teh ini, engkau sedang memenuhi dirimu dengan gagasan, keinginan, pertanyaan, khayalan. Bagaimana engkau dapat menerima sesuatu dariku jika cangkirmu penuh? Untuk dapat menerima ajaran mana pun, pertama-tama engkau mesti mengosongkan cangkirmu.”
Janganlah kita merasa sok pintar dan sok tahu akan segala hal. Dan juga jangan kita tergesa2 dalam mempelajari sesuatu. Biarlah proses pembelajaran itu masuk ke dalam pemikiran kita, dan biarlah kita berasa bodoh setiap saat, karena dengan begitu kita selalu ingin belajar dan belajar, dan disaat kita berhenti belajar disaat itulah kita berhenti bertumbuh.
Wasalam - Connecting Blogger -
No comments:
Post a Comment