Dikisahkan seorang pria bernama budi, yang sedang kalut pikirannya. Di perkerjaan begitu besar tekanan dan suasana yang kurang mengenakan, belum lagi ketika kembali ke rumah, sering kali terjadi percecokan antara istri, dan juga anak2. Belum lagi tekanan ekonomi yang membuat beban hidup serasa sangat berat untuk dihadapi.
Hingga suatu hari budi sudah menyerah dan tidak tahan lagi menghadapi kehidupan ini. Dan dia pergi ke seorang dokter dengan harapan dapat memberikan obat yang dapat mengakhiri hidupnya.
Ketika dia berkonsultasi dengan sang dokter, dia pun meminta obat. Dokter pun bertanya kenapa dia mau mengakhiri hidupnya? Budi pun menceritakan kehidupannya, dan sang dokter menyanggupi permintaan budi. Sang dokter memberikan dua buah obat merah dan biru. Dokter pun menjelaskan "Saya akan memberikan obat agar anda dapat mengakhiri hidup anda tanpa rasa sakit, jadi nanti malam minumlah obat yang berwarna biru ini, dan dua hari kemudian baru minum lagi yang berwarna merah, agar anda tidak merasakan sesuatu sakit apapun" tegas sang dokter.
Budi pun menganggukan kepala, dan tersenyum puas katanya dalam hati akhirnya aku dapat juga lepas dari semua penderitaan ini. Ia pun minum obat itu dah malam itu ia tidur sangat pulas dan lelap. Keesokan paginya, ia pun mengetahui inilah hari terakhirnya ia akan hidup, ia begitu antusias ingin memberikan yang kesan yang baik di hari terakhirnya ini. Di waktu bekerja pun ia melontarkan ide2 yang menarik dan begitu gembira sehingga semua teman2nya merasa sangat senang dan bahagia dengan kehadiran budi hari itu.
Begitu juga ketika di rumah, dengan segala kemampuan ia berusaha memberikan kesan kepada anak dan istrinya. Ia bermain, bercengkrama dan bersenda gurau dengan keluarganya.
Dan di waktu malam sewaktu ia akan tidur, ia tertegun melihat perubahaan yang terjadi baik di kantor maupun di rumah, kok semua tampak sangat menyenangkan, gembira. Timbul keraguan di hati budi untuk mengakhiri hidupnya. Dan sambil memikirkan hal itu budi pun tertidur.
Keesokan harinya budi pun pergi ke dokter. Dia pun berkata kepada sang dokter " Dok, bagaimana cara membatalkan obatnya dok, saya tidak ingin bunuh diri dok." Jawab sang dokter dengan senyum simpul "Bud, obat yang kemaren aku berikan itu hanyalah obat penenang dan vitamin saja, dan yang merah pun juga sama, saya berikan itu agar kamu dapat merasakan kebahagian hidup apabila kamu bertindak baik, kamu pun akan merasakan hal yang baik pula".
Budi pun bersyukur mendapatkan seorang dokter yang bijak.
Kebahagian apapun yang kita rasakan, adalah cerminan cara berpikir kita, apabila kita selalu berkonsentrasi dengan apa yang negatif, seperti itu pula yang terjadi pada kita. Tetapi apabila kita mempunyai pemikiran yang positif, dan bersyukur dengan apa yang kita punyai, niscaya kita pun dapat merasakan kebahagian di kehidupan ini.
Mazmur 118:1. Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
No comments:
Post a Comment